BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Rabu, 07 Juli 2010

IX. Ringkasan Riwayat Hidup Benny Hinn

Ringkasan riwayat hidup Benny Hinn akan memperjelas siapa dan apa dia. Anda barangkali akan terkejut menemukan bahwa kleim-kleim dia sebagai penginjil yang diberi urapan khusus oleh Roh Kudus, kuasa penyembuhannya, dan kecenderungannya ke arah fantasi yang berada di balik pencitraan diri sebagai orang hebat disingkapkan sebagian riwayat hidupnya.

benny hinn7 Suatu lukisan yang mengungkapkan berbagai segi yang kontroversial tapi menjadi pesona bagi jutaan penggemar Benny Hinn, penginjil televisi tenar itu, di seluruh dunia

Benny Hinn Seorang Palestina

Lahir 1952, Benny Hinn adalah salah seorang putera Clemente, seorang ibu Arab dari Ramallah, Palestina. Ayahnya, seorang Arab kelahiran Jaffa, Israel, bernama Costandi Hinn. Benny Hinn dibesarkan di Jaffa, Israel, oleh orang tuanya, penganut Kristen Ortodoks Yunani. Meskipun demikian, Hinn diajari oleh biarawati-biarawati suatu sekolah Katolik di Jaffa, suatu kota pinggiran (suburb) Tel Aviv, suatu kota penting di Israel. Di samping itu, dia punya delapan orang saudara lelaki dan perempuan. Keluarga besar ini tinggal di lantai dasar dengan tiga kamar dari suatu bangunan milik Gereja Ortodoks Yunani di Jaffa.

Benny Hinn jelas bukan seorang berdarah Yahudi. Dia seorang Palestina dengan nama baptis Toufik Bennedictus Hinn, sehari-hari disapa sebagai “Tutu” oleh keluarganya. Dia tidak suka tinggal di Palestina dan tidak suka juga nama Arabnya, Toufik. Jadi, dia mengubah kedua nama depannya menjadi Benny.

Isapan Jempol Benny Hinn tentang Ayah dan Keluarganya

Dalam otobiografinya, Benny mengaku ayahnya, Costandi Hinn, adalah seorang walikota Jaffa. Membanggakan ayahnya demi menonjolkan kehormatan dan asal usul khusus keluarganya, Benny Hinn mengaku ayahnya bukan seorang Yahudi. Meskipun demikian, Costandi Hinn, seorang Arab yang menjadi Walikota Jaffa 1948, dipercaya para pemimpin Israel waktu itu. Mereka senang punya seorang Arab yang bisa bergaul dengan suatu komunitas internasional di Jaffa. “Kami bangga akan lingkaran sahabat-sahabatnya,” aku Benny Hinn, “yang mencakup banyak pemimpin nasional.” Karier si orang Arab itu lalu meningkat dalam kisah rekaan puteranya: “Dia diminta menjadi seorang duta besar untuk Israel pada bangsa-bangsa internasional tapi [dia] memilih tinggal di Jaffa.”

benny hinn6 Benny Hinn tengah beraksi dalam suatu KKR dia.

Kleim ini ternyata bohong. Jaffa hampir seluruhnya berpenghuni Yahudi. Secara teknis, Jaffa tidak ada sesudah 1948 karena pinggiran kota yang hampir seluruh penduduknya adalah orang-orang Yahudi dileburkan ke dalam Tel Aviv, kota yang seluruh penduduknya Yahudi, menjadi Tel Aviv-Jaffa.

Dakuannya bohong juga karena statistik kependudukan Arab di Jaffa dan sikap orang Israel terhadap mereka tidak mendukungnya. Sejak April 1948, 95 persen populasi Arab di Jaffa – sesudah direbut tentara Israel dari orang Arab – melarikan diri. Minoritas Arab yang tersisa di Jaffa berjumlah 3.600 orang; mereka tanpa pemimpin dan hampir semuanya buta huruf. Karena sikapnya yang pro Nazi selama PD II, orang Arab di Jaffa tidak diterima oleh pikiran orang Israel. Fakta ini sulit memberi peluang pada Costandi Hinn, seorang Arab, untuk menjadi Walikota Jaffa.

Kemudian, walikota Tel Aviv-Jaffa selama masa kanak-kanak Benny Hinn adalah Rokach, seorang Israel. Dialah yang kemudian menjadi seorang duta besar internasional bagi Israel. Kalau ayahnya memang seorang walikota di Jaffa, mestinya ada gambar-gambar, laporan-laporan koran, dan dokumen-dokumen pemerintah yang mengukuhkan fakta itu. Sesungguhnya, tidak ada seorang Arab bernama Costandi Hinn yang mernjadi Walikota Jaffa sebelum dan sesudah 1952.

Ketika kebohongan Hinn tentang ayahnya dibeberkan, dia terburu-buru memberikan berbagai dalih dan alibi. Dia mengatakan ayahnya hanya seorang “walikota tidak resmi” Jaffa. Yang mengatakan ayahnya walikota Jaffa bukan dia melainkan penerbit buku riwayat hidupnya; memang dia membetulkan kesalahan info itu sebelum buku itu dicetak tapi tidak tahu mengapa kesalahan itu diabaikan! Alibi ini kemudian terbukti suatu kebohongan juga dan memaksa Hinn meninggalkannya. Meskipun demikian, dia tidak sekalipun mengaku bahwa dakuan tentang ayahnya suatu kebohongan terang-terangan.

Ada kebohongan lain tentang ayahnya. Meskipun dia seorang walikota, dia tidak punya mobil selama mereka tinggal di Israel. Dia entah berjalan kaki ke tempat kerjanya atau entah naik angkutan umum.

Ini kleim yang bertentangan dengan kebiasaan waktu itu – dan juga sekarang – di Israel. Sesuai peraturan, sebuah mobil dan supirnya disediakan bagi seorang walikota. Dia, karena itu, tidak akan dibiarkan berjalan kaki atau naik bus ke tempat kerjanya. Aturan ini masih berlaku bagi para politikus Israel masa kini.

Karena ayah walikota, masak isapan jempol tentang rumah kediaman walikota dan suasananya di Jaffa tak sebanding? Bukankah ini bagian dari kehormatan dan asal usul khusus keluarga Arab dari Palestina di Israel? Maka, berkisahlah Benny Hinn tentang rumah khayalannya: “Kami tinggal dengan nyaman. Posisi ayah di pemerintahan memungkinkan kami punya sebuah rumah di pinggiran kota. Itu rumah yang menakjubkan.”

Begitu cerita rekaan Hinn diketahui, dia tidak bisa mengelak dan mengajukan suatu versi yang walaupun realistis masih menyingkapkan sesuatu dari khayalannya. Ada total sembilan anggota keluarga Hinn yang tinggal di lantai dasar berkamar tiga dari suatu gedung yang dimiliki Gereja Ortodoks Yunani di Jaffa. Meskipun demikian, imbuh Hinn, ada “ruang yang cukup” di tiga kamar itu, suatu frasa yang dikarang Hinn untuk mengurangi rasa terhina hidup dalam kamar-kamar yang begitu sempit bagi jumlah anggota keluarga yang besar. Sembilan orang tinggal dalam tiga kamar dengan “ruang yang cukup”? Sulit dibayangkan. Kondisi tinggal dalam tiga kamar seperti itu bisa dibayangkan sebagai kondisi tujuh anak tinggal di satu kamar tidur. Secara realistik, kondisi ini dibayangkan sebagai tidak nyaman – kecuali bagi khayalan Benny Hinn. Pada kesempatan lain, ketika dakuannya tentang rumah yang menakjubkan di pinggiran Jaffa terbukti suatu kebohongan, Hinn menjadi realistis secara menggelikan tentang kondisi sesungguhnya dari kamar-kamar di lantai dasar itu. “Menjelang saya berusia remaja, kamar tidur kami di Jaffa mirip sebuah kamar pasien rumah sakit,” akunya.

Kembali kepada ayahnya sebagai seorang Arab yang menjadi Walikota Jaffa. Benarkah dakuan Benny Hinn bahwa para pemimpin Israel punya seorang Arab yang bisa bergaul dengan suatu komunitas internasional di Jaffa?

Ini suatu dakuan tanpa fakta historis yang cermat. Jaffa sendiri bersifat eksplosif. Benny Hinn tidak menyadari sifat eksplosif ini karena pengetahuan sejarahnya tentang Israel picik.

Orang-orang Yahudi asal Yemen, suatu negara Arab, yang kemudian menetap di Jaffa, misalnya, terkenal sebagai “pembenci” orang-orang Arab di Jaffa. Mengapa? Mereka tinggal berabad-abad lamanya di Yemen tapi diperlakukan dengan buruk oleh para penguasa Yemen: mereka mengalami penganiayaan, perlakuan kejam, dan penyiksaan. Mereka lalu terbebas dari penderitaan yang demikian lama sesudah pemerintah Israel pimpinan Ben Gurion memerintahkan pengangkutan mereka melalui udara kembali ke Israel antara tahun 1949 dan 1950. Sesudah menjadi warga negara Israel, orang-orang Yahudi asal Yemen itu bisa mengatakan kepada orang-orang Arab di Jaffa, suatu kelompok minoritas, apa yang harus mereka lakukan. Orang-orang Yahudi asal Yemen itu pun bisa “memberi mereka suatu pelajaran.”

Jelaslah, situasi hubungan antara orang Israel asal Yemen dan Arab bisa eksplosif. Jadi, dakuan Benny Hinn bahwa ayahnya disenangi para pemimpin Israel karena dia bergaul dengan suatu komunitas internasional di Jaffa adalah suatu khayalan yang melampau batas. Orang-orang Arab, seperti Benny Hinn, diajarkan sedikit sekali sejarah tentang Israel.

Tiga Alasan Lain

Di samping alasan-alasan tadi, ada tiga alasan lain Benny Hinn mendaku ayahnya sebagai Walikota Jaffa. Pertama, Hinn ingin mirip sekali dan menyaingi Kathryn Kuhlman; kedua, Hinn mencerminkan kebudayaan Arab tentang kehormatan dan sejarah keluarga; dan, ketiga, pengaruh kebudayaan Arab.

Benny Hinn mendaku ayahnya seorang walikota Jaffa karena dia ingin tergolong pada keluarga yang mirip sekali dengan keluarga Kathryn Kuhlman. Dia seorang penginjil wanita aliran Pentakosta yang menjadi panutan dan penasehat spiritualnya. Ayah Kuhlman seorang walikota; sebagai panutannya, Benny Hinn ingin ada cerita bahwa ayahnya pun seorang walikota. Karena itu, dia meminjam jabatan ayah Kathryn Kuhlman dan sisi-sisi kehidupan lain panutannya bagi kehidupannya sendiri.

Terkait mentor spiritualnya, Benny Hinn ingin menyaingi Kathryn Kuhlman. Di masa lampau, Benny Hinn tidak pernah berjumpa secara pribadi dengan Kuhlman. Meskipun demikian, dia menunjukkan rasa hormat yang tinggi pada penginjil wanita itu. Dia bahkan mengunjungi kuburan Kuhlman tempat dia mendaku urapan Roh Kudus wanita penginjil itu masih bertahan. Akan tetapi, kemudian pengaruh Kathryn berkurang padanya; Hinn tampaknya mulai meremehkan makna Kuhlman bagi penginjilannya. Seandainya dia berjumpa dengan Kathryn, dia mungkin saja tetap percaya wanita penginjil itu memberinya urapan Roh Kudus, atau Allah bisa saja memakainya dengan suatu cara untuk mengalihkan urapan itu padanya.

Alasan ketiga bersumber pada kebudayaan Arab. Dalam kebudayaan Arab, ada suatu kecenderungan untuk meniru dan mengenakan ciri-ciri dangkal yang diinginkan pada orang lain. Suatu obsesi dalam kebudayaan Arab adalah mengatakan apa yang seorang pikirkan ingin didengar orang lain lalu memadukan pikiran mereka ke dalam pikirannya. Sangat lazim dalam kebudayaan Arab ketika seorang mengatakan suatu keinginan sebagai suatu fakta yang diraih melalui prestasi. Dakuan Benny Hinn tentang kedudukan khusus ayahnya boleh dikatakan mencerminkan kebudayaan Arab ini.

“Hubungan Kuhlman cocok bagi rekaannya. Kecenderungan orang Arab ke arah retorika dan pernyataan yang berlebih-lebihan dan dorongan akan kehormatan dan sejarah keluarga yang hebat bisa saja ditambahkan pada kecenderungan orang Arab tadi.”

Toronto, Kanada

Sesudah Perang Enam Hari antara Israel dan tiga negara Arab (Mesir, Yordania, dan Suria) 1967, dia, berusia 14 tahun, saudara-saudara dan orang tuanya beremigrasi ke Toronto, Kanada. Tempat ini akan menjadi titik awal perubahan rohani dan kariernya sebagai seorang penginjil.

Dia lalu menempuh pendidikan pada suatu sekolah menengah pertama di Toronto. Dalam buku tentang riwayat hidupnya, Benny mengakui dia anak yang diremehkan dan bicaranya menggagap. Meskipun demikian, dia seorang bintang kelas.

Benar kleimnya? Untuk menjawab pertanyaan ini, dua orang wartawan AS, G. Richard Fisher dan M. Kurt Goedelman, kemudian menyelidiki masa muda Hinn. Mereka menemukan bahwa kedua kleimnya tadi tidak benar. Tidak ada seorang pun di sekolahnya yang ingat Benny gagap kalau berbicara. Dia juga bukan seorang bintang kelas; dia putus sekolah sesudah kelas dua sekolah menengah umum.

Seorang pengkritiknya mengatakan apa yang Hinn lakukan dengan cerita yang membesar-besarkan dirinya bisa dikelompokkan sebagai “dusta putih (white lie).” Dusta putih adalah dusta kecil dan tidak berbahaya, yang terutama diceritakan untuk tidak menyakiti hati pendengarnya.

Mengapa Benny berdusta putih? Ini dimaksudkan untuk membentuk citra-dirinya sebagai seorang yang hebat. Tapi barangkali tanpa dia sadari, dia tidak saja memberi gambaran diri yang baik tapi juga gambaran diri yang buruk tentang dirinya melalui kebohongannya, dusta putihnya. Secara kejiwaan, Benny tidak tahan terhadap kebenaran yang polos, kebenaran apa adanya.

Amerika Serikat

Ketika berusia sembilan belas tahun, Benny menjadi seorang Kristen yang dilahirkan kembali. Desember 1973, dia bepergian dengan bis sewaan dari Toronto ke Pittsburgh di AS untuk menghadiri suatu “ibadah mujizat” oleh penginjil kesembuhan rohani, Kathryn Kuhlman (1907-1976). Pada kebaktian itu, dia mengalami suatu pengalaman religius yang dalam, dan pada malam hari itu juga, dia ditarik dari tempat tidurnya dan “mulai beguncang dan gemetar di seluruh tubuhnya.”

Segera Hinn mengadakan ibadah-ibadah yang disponsori oleh Yayasan Kathryn Kuhlman. Tapi mentor atau penasihatnya, Kuhlman, meninggal dunia 1976 sebelum Benny bisa bertemu dengan dia secara pribadi. Meskipun demikian, pengaruh penginjil Pentakosta ini sangat dalam atas diri Benny pada waktu itu. Akhirnya, dia berkhotbah di tempat-tempat lain, termasuk di Gereja Tabernakel Injil Sepenuh di Orchard Park, New York (dekat Buffalo), dan kemudian di suatu gereja di Orlando, Florida.

Menjelang 1990, Benny Hinn sudah menjadi seorang penginjil terkenal di AS melalui bukunya, Good Morning, Holy Spirit terbitan Thomas Nelson Publishers. (Ada kemudian terjemahannya ke dalam bahasa Indonesia.) Tentang bahaya buku ini, Lembaga Riset Kristen di AS memberi peringatan tahun 1994 kepada pembaca bahwa buku ini berisi ajaran-ajaran yang tidak sehat secara rohani. Tahun 1999, dia memindahkan organisasi penginjilannya ke Dallas, Texas.

Penasihat spiritualnya, Kathryn Kuhlman, yang tampil di panggung khotbah dalam busana putih yang lentur berhiaskan warna emas tampaknya mengilhami cap Benny Hinn kemudian hari. Di panggung KKR dan di TBN, dia tampil dengan memakai setelan berwarna putih dan perhiasan emas.

Selain itu, dia jelas meneladani teknik penyembuhan rohani Kuhlman yang disebut “senapan tembak (shotgun).” Teknik ini melibatkan pengumuman pada hadirin bahwa kesembuhan ajaib tertentu tengah berlangsung tanpa merinci siapa yang sudah dipilih untuk memperoleh kesembuhan rohani itu.

Dua penipuan besar lain Benny Hinn

Sebelum Hinn menjadi terkenal di AS, dia berbual lagi tentang kehebatannya memberi kesembuhan ajaib di Yerusalem 1976. Dia mengkleim berkhotbah di suatu sekolah Katolik puteri di Yerusalem 1976. “Setiap gadis di sekolah itu diselamatkan, termasuk para biarawatinya.”

Gadis-gadis dan biarawati-biarawati di sekolah Katolik puteri yang mana di Yerusalem? Satu-satunya sekolah Katolik puteri yang ada di Yerusalem adalah Perguruan Puteri Schmid. Kedua wartawan tadi pergi ke sekolah ini untuk mengecek kebenaran cerita Hinn. “Ini omong kosong, benar-benar omong kosong,” jawab Romo Dusind, pengawas semua pelajaran agama di sekolah Katolik puteri itu sejak 1955. “Ini tidak pernah terjadi dan tidak bisa terjadi karena seorang penyembuh Karismatik atau seorang pengkhotbah Protestan tidak sekalipun akan diizinkan berbicara kepada puteri-puteri di sekolah kami.” Cerita tadi adalah salah satu penipuan besar Hinn.

Penipuan besar lain terjadi waktu Benny Hinn mengunjungi Sault Stella Marie, suatu rumah sakit umum Katolik di Ontario, Kanada. Menurutnya, dia dan tiga pendeta Pentakosta dan tujuh imam Katolik mengadakan ibadah bersama di kapel (ruang ibadah) rumah sakit itu. Setiap rohaniwan memberi pelayanan dengan “botol-botol minyak urapan” dan pasien-pasien segera disembuhkan. Para rohaniwan itu lalu diminta menumpangkan tangan ke atas pasien di ruang-ruang perawatan rumah sakit itu; jadi, Hinn dan timnya, “Invasi Ajaib”, berjalan sepanjang aula rumah sakit itu dan menyembuhkan orang-orang sakit, membuat mereka pingsan oleh kuasa Allah. Begitu hebatnya kuasa jamahan Allah sehingga “rumah sakit itu kelihatan seperti dilanda suatu gempa bumi.”

Kenyataannya? Rumah Sakit Umum Sault Stella Marie dan suster-suster Katolik yang bekerja di sana tidak memulangkan satu pasien pun pada hari Hinn mengadakan suatu ibadah kecil di kapel itu. “Kleim-kleim Pak Hinn aneh dan tidak dikehendaki.”

Penipuan-penipuan seperti ini yang menunjukkan kecenderungannya ke arah fantasi demi membesarkan citra dirinya tidak akan diketahui banyak orang seandainya itu tidak dibuat populer oleh investigasi media massa dan elektronik. Sebagian karena kleim-kleimnya, dia menarik perhatian berbagai media yang memberitakannya secara luas. Popularitasnya yang mendunia menarik jutaan orang.

Siapa kebanyakan audiens Benny Hinn

Siapakah kebanyakan audiensnya? Mereka yang benar-benar putus asa: mereka yang menderita penyakit menahun, yang sekarat, yang hidup dengan penyakitnya, yang punya emosi yang tidak stabil, yang belum matang iman Kristennya, yang kesepian, yang malu kembali ke gereja asalnya karena persoalan rumah tangga (perceraian, suami orang sinting); perselingkuhan; hidup terpisah sebagai suami-isteri; pemuda yang tertarik pada ibadah dengan musik gaya pop; dan sebagainya. Karena lalai dilayani gereja asalnya, mereka yang ingin ada jawaban rohani yang pasti atas keputusasaannya lalu memilih mengikuti ibadah-ibadah di gereja gaya Benny Hinn. Berkembangnya sekte-sekte Kristen sebenarnya adalah reaksi terhadap kelalaian gereja-gereja asal memberikan pemecahan terhadap rasa putus asa mereka yang kemudian menjadi pengikut sekte gaya Benny Hinn.

Tanpa disadari, mereka membuat pilihan yang mengabaikan peringatan-peringatan alkitabiah agar waspada dalam memilih gereja gaya Benny Hinn. Gereja itu menyebarkan ajaran-ajaran yang berlawanan dengan Alkitab. Misalnya, ajaran tentang kesembuhan ajaib Benny Hinn yang sebenarnya adalah penipuan-penipuan. Berbagai contoh yang sudah diuraikan bahwa ada orang yang menjadi marah ketika tahu saudara, orang tua, atau kerabatnya yang dikleim sudah disembuhkan secara ajaib oleh Hinn ternyata mati kemudian hari. Atau Hinn dan timnya membiarkan mereka yang sekarat di kursi roda atau tempat tidur beroda tanpa menyembuhkannya sama sekali, terpaksa dibawa pulang dengan rasa kecewa, dan kemudian mati juga.

Takut penipuannya melalui kleim kesembuhan rohani itu yang mengakibatkan orang-orang tadi marah dan mengancam akan membunuhnya, Benny Hinn membutuhkan perlindungan pengawal-pengawal pribadi. Hinn jelas tidak lagi merasa aman, suatu ironi yang berlawanan dengan kehidupan para rasul PB, seperti Rasul Paulus, misalnya, yang tidak pernah mempunyai pengawal-pengawal pribadi dalam pelayanannya. (Prajurit Roma yang dilaporkan mengawalnya atas perintah kekaisaran Roma kuno bukanlah pengawal pribadinya.)

Skandal Melanda Pelayanan Benny Hinn

Benny Hinn yakin dia tidak bisa berbuat salah dalam kegiatan penginjilannya karena dia seorang penginjil yang sudah mendapat urapan Roh Kudus. Ini keyakinan yang mengingatkan kita pada suatu peribahasa yang berlaku di kalangan raja-raja Eropa beberapa abad yang lalu: the King can do no wrong (Raja tidak bisa berbuat salah). Sebagai seorang hamba Tuhan yang diurapi Roh Kudus, Benny Hinn pun yakin bukan saja dia tidak bisa berbuat salah. Yayasan penginjilannnya pun tidak bisa berbuat salah.

Benarkah? Tidak benar. Dia, misalnya, tidak luput dari skandal yang menghantam yayasan pelayanannya di AS. Skandal itu menyangkut suatu penyelesaian perkara hukum berjumlah ratusan ribu dolar, tersingkapnya penyalahgunaan heroin, dan suatu perintah penghentian penyelidikan terhadap seorang mantan kepala keamanan Benny Hinn terjadi secara mendadak dalam yayasan penginjilan Hinn di AS.

Injil kemakmuran Hinn adalah ketamakan

Pada bulan Oktober 1996, Benny Hinn dan gerejanya, bersama dengan Kantor Syerif Distrik Orange, sepakat membayar $610.000 kepada 10 pemrotes religius. Perkara hukum ini terjadi sesudah mereka mengatakan ditahan tanpa sebab di luar gereja yayasan penginjilan Hinn yang berpusat di Orlando, Kalifornia. Perkara itu sebenarnya mulai Juni 1996. Pendeta Ricky L. Johnston dan anggota-anggotanya dari jemaat Distrik Volusia tengah berdemonstrasi di depan Pusat Jangkauan Sedunia Benny Hinn ketika mereka berjumpa dengan petugas keamanan Hinn. Salah satu pendorong demonstrasi itu adalah eksploitasi Hinn atas mereka yang menghadiri ibadah-ibadah dan berbagai KKR dia. Tentang eksploitasi ini, Pendeta Johnston mengatakan Benny Hinn “mendapat uangnya dengan memangsa mereka yang putus asa, sakit, dan berkekurangan.” Mereka yakin Injil kemakmuran yang diajarkan Hinn adalah ketamakan.

Keyakinan mereka bukan tanpa dukungan fakta tentang gaya hidup mewah Benny Hinn. Dalam suatu siaran televisi 9-10 November 2004, Hinn mengatakan pada pemirsa yang mendukung dia dan yayasannya tentang jumlah uang yang dibutuhkan untuk misinya. Pertama, dia harus membayar 1.7 juta dolar AS setiap lima hari untuk membayar bon-bon penginjilannya. Kedua, dia juga membutuhkan 7 juta dolar AS sebagai biaya berbagai KKR dia; uang ini harus diusahakan sampai bisa terkumpul antara November 2004 dan Maret 2005. Kepada calon dermawan atau penyumbangnya, dia menegaskan bahwa dia bertanggung jawab atas setiap dolar pemberian mereka bagi pekerjaan Allah.

Penegasannya tidak cocok dengan caranya dia memakai uang sumbangan itu bagi gaya hidup mewah dia. Dia punya sebuah rumah seharga 5 juta AS. Dia juga menginap di kamar sangat mewah pada berbagai hotel. Di Hawaii, AS, dia menginap di suite presiden, seperangkat kamar hotel yang sangat mahal, di Hotel Kalala Mandarin di Oahu. Tarif semalam untuk kamar itu? Antara 3.700 dan 5.000 dolar AS. Di hotel Grand Wailea, juga di Hawaii, dia menginap juga di suite bertarif 10.000 dolar AS per malam.

Gaya hidup mewah yang Hinn pamerkan dengan menginap di kamar hotel mewah di Inggris dan Italia dilaporkan Roddy Allen, seorang akuntan forensik, untuk suatu siaran televisi Kanada. Pada tanggal 31 Juli 2003, Benny Hinn menginap selama satu hari di Kamar 210 Hotel Lanesborough di London. Dia membayar sekitar 2.153 dolar AS bagi pelayanan supir dan 360 dolar AS sebagai biaya telefon hotel. Tip yang diberikan kepada lebih dari dua orang karyawan biasa hotel itu untuk satu hari sebesar 1.700 dolar AS. Lanesborough adalah sebuah hotel bergengsi, sering dikunjungi selebritas seperti penyanyi AS Madonna dan Michael Jackson. Pada tanggal 29 Juli 2003, dia menginap di Hotel Savoia di Milan, Italia. Tip untuk check out yang diberikan Hinn kepada staf hotel itu sebesar lebih dari 300 dolar AS. Untuk karyawan hotel yang bertugas di meja depan, dia memberikan uang ucapan terima kasih sebanyak 1.800 dolar AS.

Benny Hinn bukan saja memberi tip di hotel-hotel. Dia juga menerima sumbangan uang tunai dari tangan yang misterius. Pada tanggal 11 Agustus 2003, uang tunai sebesar 5.000 dolar AS diberikan sebagai dana kas kecil (petty cash) kepada Pendeta Benny Hinn. Tidak ada rincian tentang alasan pemberian dana itu.

Gaya hidup mewah Benny Hinn jelas mahal. Dia memakai sumbangan uang orang yang diperoleh dengan susah payah. Bagi kita, ini memuakkan. Tidak demikian halnya dengan para pendukungnya. Bagi mereka, belanja demi gaya hidup mewahnya dipandang hebat karena dia adalah seorang penyembuh yang diurapi Roh Kudus.

Seharusnya Benny Hinn bercermin pada Yesus. Dia lahir dalam keadaan miskin dan hina di kandang hewan di Betlehem. Ketika Dia mulai karya penginjilan-Nya, Dia sendiri tidak punya rumah. “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Kata-kata-Nya diucapkan sebagai suatu tanggapan terhadap seorang di tengah jalan (Luk 9:57) - seorang ahli Taurat (Mat 8:10) - yang menyatakan dia ingin mengikut Yesus ke mana saja Dia pergi. Mengikut Yesus menghendaki penyangkalan diri, pengorbanan diri, dan hidup apa adanya. Sesudah wafat-Nya di salib, Dia dimakamkan di suatu kubur yang bukan milik-Nya. Gaya hidup mewah Hinn tidak mencerminkan kesederhanaan hidup yang diajarkan Yesus.

Dia juga seharusnya bercermin juga pada rasul-rasul Yesus yang mengenal Dia ketika Dia masih di bumi. Mereka tidak mempraktekkan kemewahan hidup. Sesungguhnya, mereka menyebut kemewahan hidup sebagai keduniawian dan menjauh dari keduniawian itu. Gaya hidup mewah Hinn jelas tidak sama dengan yang diteladani para rasul Yesus.

Jadi, apakah Benny Hinn tidak berhak menikmati hidupnya dengan menginap di kamar-kamar hotel yang mewah? Itu bukan masalahnya. Masalahnya adalah apakah dia memakai uang Allah – sumbangan para pendukungnya – dengan hati-hati atau sembrono. “Menginap selama beberapa hari di sebuah suite yang biasanya disewa miliuner bukanlah suatu tanda yang baik dari menjadi seorang pengelola yang baik dari uang Allah,” kritik seorang pengamat Hinn.

Gaya hidup mewah Hinn yang menyangkut masalah pengelolaan keuangan hasil sumbangan para pendukungnya ada kaitannya dengan kasus hukum yang sudah dijelaskan. Kalau Benny Hinn dan yayasannya mendapat urapan Roh Kudus, mengapa timbul kasus hukum tadi? Mengapa ada protes terhadap dia karena dia dinilai melakukan eksploitasi terhadap orang lain, mengajarkan Injil kemakmuran sebagai selubung ketamakannya? Jadi, Roh Kudus merestui eksploitasi dan ketamakan Benny Hinn dan yayasannya?

Tidak sekalipun Alkitab memberi kesaksian bahwa Roh Kudus pro ekploitasi atas manusia dan ketamakan manusia. Roh Kudus adalah Allah, disamakan dengan Bapa dan Putera (Mat 28:19; 2 Kor 13:14). Allah adalah Roh (Yoh 4:24) dan memiliki Roh Allah adalah memiliki Kristus (Rom 8:9-12), yaitu, Dia yang diurapi. Mereka yang hidup oleh Roh dan dipimpin oleh Roh menghasilkan buah-buah Roh. Salah satu buah Roh itu adalah kasih (Gal 5:22-25). Allah yang adalah Roh adalah Kasih (1 Yoh 4:8, 16) dan kasih adalah kebajikan Kristen terbesar ( 1 Kor 13:13). Kasih “tidak mencari keuntungan diri sendiri” (1 Kor 13:5), berbeda dengan “perbuatan daging” yang mencakup “kepentingan diri sendiri” (Gal 5: 20). Dari beberapa atribut dan karya Roh Kudus tadi, kita tahu Roh Kudus yang adalah Allah yang adalah Yesus Kristus yang adalah Kasih – yang di antaranya “tidak mencari keuntungan diri sendiri” – anti eksploitasi atas manusia dan anti ketamakan manusia. Eksploitasi dan ketamakan mengacu pada kepentingan diri sendiri dan, karena itu, adalah perbuatan daging, lawan dari buah-buah Roh. Kleim Benny Hinn dan yayasannya bahwa mereka mendapat urapan Roh Kudus tidak meyakinkan kalau mereka memang melakukan eksploitasi dan ketamakan melalui Injil kemakmuran sebagai selubungnya.

Dua karyawan Hinn meninggal dunia karena heroin

Pada bulan Desember 1997, dua orang karyawan Benny Hinn meninggal dunia karena memakai dosis heroin yang berlebihan. Kematian mereka berdua akhirnya tersingkap melalui suatu laporan koran The Orlando Sentinel terbitan 2 Desember 1998.

Kematian kedua karyawan itu menghantui yayasan penginjilan Benny Hinn. David Delgado, 45 tahun, salah seorang karyawan itu, meninggal dunia di Kota New York sesudah dia kembali dari KKR Benny Hinn di Yordania. Karyawan lainnya, Sydney Williams, meninggal dunia di rumahnya di Florida 15 November 1997. Sebagai akibat kematian kedua karyawan itu, yayasan penginjilan Hinn mulai mengadakan secara acak pengujian obat bius terhadap karyawan-karyawannya.

Yayasan ini menolak menyatakan mereka tahu apa pun tentang pemakaian heroin oleh Delgado dan Williams. Dalam kaitan ini, mereka mengeluarkan suatu pernyataan: “Yayasan Penginjilan Benny Hinn sudah memberi kesempatan pada banyak orang untuk dipekerjakan yang sudah membangun kembali kehidupan yang retak melalui asas-asas Alkitabiah, penyembuhan, dan suatu cara hidup yang baru.” Pernyataan itu menegaskan, “Kami tidak akan mentoleransi dan tidak akan mengabaikan penggunaan obat bius secara ilegal oleh karyawan-karyawan yayasan. Bila kami menemukan hal ini, kami akan segera bertindak.”

Pernyataan tadi mengacu pada pembelaan diri. Yang bersalah dalam kasus kematian kedua karyawan itu bukan Benny Hinn dan yayasan penginjilannya melainkan kedua karyawan itu. Benny Hinn dan yayasannya tidak bisa berbuat salah.

Jadi, mula-mula yayasan itu mendapat urapan Roh Kudus. Artinya Benny Hinn dan karyawan-karyawan yayasan itu mendapat urapan Roh Kudus. Karena urapan itu, mereka tidak bisa bersalah. Tapi ketika kedua karyawan yayasan itu mati karena pemakaian heroin berdosis lebih dari normal, mereka berdua bersalah – kecuali Benny Hinn dan karyawan-karyawan lainnya dari yayasan itu. Apakah urapan Roh Kudus masih berlaku untuk mereka berdua sekalipun mereka sudah meninggal dunia?

Masih tentang kematian David Delgado, Benny Hinn tidak konsisten dalam penjelasannya tentang penyebab kematian mantan pembantunya. Apa yang dia katakan di awal berbeda dengan apa yang dia katakan kemudian tentang Delgado.

Menurut Hinn, Delgado bertobat sesudah menjalani kehidupan tanpa ketagihan pada obat bius dan menjadi seorang pembantu pribadinya. Kemudian, jelasnya, Delgado sakit parah karena hepatitis dan meninggal dunia. “Kematiannya adalah suatu misteri bagi keluarganya, staf kami, dan saya sendiri.” Kematiannya ada di tangan Tuhan, imbuh Hinn.

Tapi apa yang Hinn sebut sebagai suatu misteri dari kematian mantan pembantu pribadinya tersingkap melalui penjelasan Maria, janda yang ditinggalkan Delgado. Maria mengatakan suaminya sekarat karena sirosis hati, barangkali suatu akibat sampingan dari penyalahgunaan obat bius.

Kemudian, kisah yang samar-samar dari Benny Hinn tentang kematian Delgado tidak konsisten dengan dakuannya yang muluk-muluk tentang Delgado. Menurut Hinn, Delgado sudah bebas dari ketagihannya pada obat bius. Ini dialami Delgado selama suatu KKR mujizat Hinn. Hinn mengatakan Allah melenyapkan keinginan Delgado untuk memakai heroin. Ternyata Delgado meninggal dunia karena heroin sesudah KKR mujizat itu.

Benny Hinn memblokir rahasia-rahasia keuangannya

Satu minggu sesudah pemakaian obat bius yang fatal disingkapkan, Benny Hinn pergi ke pengadilan. Untuk apa? Untuk mencegah Mario Licciardello, mantan kepala keamanannya, membeberkan rahasia-rahasia keuangannya. Menurut kesaksian seorang penasehat Hinn, pembeberan itu bisa menghancurkan penginjil televisi itu. Koran The Orlando Sentinel melaporkan bahwa Licciardello menuntut uang untuk mencegah dia menyingkapkan apa yang dia tahu tentang pencurian dan korupsi.

Pusat Jangkauan Dunia Benny Hinn mempekerjakan Licciardello pada tahun 1997. Tugasnya: melakukan penyelidikan internal tentang kemungkinan penyalahgunaan dan korupsi dalam hal penanganan uang persembahan yang diterima yayasan penginjilan Hinn melalui surat-surat dan pada KKR penyembuhan internasional Hinn.

Ada roh perselisihan dan roh pemecah (Gal 5:20) dalam kasus Mario Licciardo melawan Benny Hinn dan yayasannya. Roh perselisihan dan roh pemecah adalah bagian dari perbuatan daging (Gal 5:19-21), bukan buah-buah Roh, seperti kasih, sukacita, damai sejahtera, dan kesetiaan (Gal 5:22-23). Bagaimana bisa terjadi urapan Roh Kudus atas Benny Hinn dan yayasannya bisa menghasilkan roh perselisihan dan roh pemecah? Bukankah konflik ini menunjukkan bahwa ada kesalahan yang dilakukan Hinn dan yayasannya?

Guru Benny Hinn: Roh Kudus sendiri!

Sudah dikatakan bahwa Benny Hinn bukan seorang bintang kelas. Dia juga kekurangan pendidikan Alkitab yang resmi.

Tidak begitu ketika dia mengkleim Gurunya adalah Roh Kudus sendiri! “Guruku adalah Roh [Kudus] sendiri,” kata Hinn dengan bangganya. Mengapa? Hinn mengaku dia punya suatu hubungan khusus yang dalam dengan Roh Kudus. Kendati kekurangannya dalam pendidikan umum dan teologia tadi, dia mendaku pertemuan awalnya dengan Roh Kudus memampukan dia “menerima suatu pendidikan yang lebih hebat dari yang bisa ditawarkan universitas atau sekolah tinggi teologia mana pun”!

Suatu pernyataan yang mencengangkan. Kalau Roh Kudus menjadi guru Benny Hinn, mengapa Roh Kudus membentuk dia menjadi seorang nabi palsu? Mengapa dia menunjukkan kecenderungan ke arah fantasi dan bahkan diduga menderita skizofrenia? Mengapa dia menyebarkan ajaran-ajarannya yang menggiurkan, menyesatkan, membingungkan, berisi kebohongan? Tidak sekalipun Alkitab berisi kesaksian bahwa buah-buah Roh, hasil pendidikan Roh Kudus, adalah nabi palsu; kecenderungan ke arah fantasi; gejala skizofrenia; dan ajaran-ajaran yang menggiurkan, menyesatkan, membingungkan, berisi kebohongan. Profesor Roh Kudus menurut khayalan Hinn tidak ada dalam Alkitab.

Apa Penyebab Kemurtadan Benny Hinn?

Apa penyebab kemurtadan Benny Hinn? Dua orang wartawan AS, G. Richard Fisher dan M. Kurt Goedelman, mencoba memahami penyebab itu.

Mereka berdua menjawab bahwa dia seorang “pengelak serial dari kebenaran” tanpa ada yang membatasinya. Mereka menulis:
Pengamat yang cermat hanya bisa bertanya-tanya pada dirinya apakah Hinn sudah berbohong begitu lama sehingga dia tidak mampu mengatakan kebenaran dan tidak mampu juga berfungsi dalam batas-batas realitas. Dia seorang pengelak serial dari kebenaran dan para pengikutnya tampaknya tidak menyadari atau peduli dengan kebohongannya. Tidak ada orang keliling dia atau di dalam organisasinya yang meminta pertanggungjawabannya.
Mengelak secara berantai dari kebenaran dengan melebih-lebihkan silsilah keluarga adalah suatu cara hidup orang Arab di Timur Tengah. Mereka yang percaya akan kebenaran Alkitab akan mengatakan orang tidak boleh berdusta tentang asal usul keluarganya. Akan tetapi, orang-orang Arab di Timur Tengah terbiasa dengan suatu tradisi berbual yang anehnya mereka pandang sebagai sesuatu yang layak dihormati. Bahkan beberapa orang Arab yang beralih keyakinan menjadi orang Kristen sekalipun tidak luput dari jual kecap macam ini. Bagi orang Kristen, kata-kata tidak bisa diucapkan hanya untuk menyenangkan hati orang lain tapi harus sesuai kenyataan.

Benny Hinn seorang Arab dan seorang Kristen. Meskipun dia seorang Kristen, dia tampaknya masih dipengaruhi tradisi berbual, kebiasaan jual kecap, orang Arab tadi. Ini sudah kita tahu dari kecenderungan dia melebih-lebihkan silsilah keluarganya.

Dia tidak saja berbohong tentang silsilah keluarganya tapi juga tentang pengalaman rohaninya. Misalnya, kisah dia berjumpa dengan Allah yang tingginya mencapai 2 meter, seperti yang sudah kita tahu, adalah suatu kebohongan rohani. “Tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah,” kata penulis 1 Yohanes (4:12). Mengapa tidak pernah? “Allah adalah Roh” (Yoh 4:24), Pribadi yang nyata, nirzat (non-material), sadar akan diri, dan berdaulat. Sebagai Pribadi yang non-material, Allah jelas tidak akan pernah dilihat siapa pun. Karena itu, Allah yang Hinn lihat adalah seorang ilah yang lain, barangkali seorang ilah material yang berada di luar kesaksian Alkitab.

Mengapa Benny Hinn berbohong tentang silsilah keluarga dan pengalaman rohaninya? Fisher dan Goedelman menduga semua kebohongan Hinn dan kisahnya yang berlebih-lebihan adalah caranya untuk menanggapi suatu masa kecil yang berisi rasa hina. Mengapa? Dia seorang Arab Israel yang tidak diterima secara ramah oleh orang Israel yang dominan di Jaffa.

1 komentar:

jhonson mengatakan...

Benni hinn...nabi palsu & anti Kristus...