BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Sabtu, 26 Juni 2010

II. Mempertanyakan Kekayaan dan Kemewahan Hidup Benny Hinn

Sumbangan Evander Holyfield dan pasangan orang tua yang memberi janji sumbangan dana setiap bulan memberi indikasi bahwa Yayasan Penginjilan Benny Hinn membutuhkan dana yang besar untuk penginjilan berskala dunia. Mereka yang sepaham dengan cita-citanya barangkali tidak akan keberatan dengan sumbangan mereka demi penginjilan internasional.

Kekayaan dan Kemewahan Hidup Benny Hinn

Tapi yang tampaknya tidak mereka atau banyak dari mereka sadari ialah bahwa sumbangan mereka diduga memberi kehidupan yang mewah pada Benny Hinn. Itu bisa dilihat dari berapa besarnya dana yang diperoleh setahun dan gaya hidup mewah dari Hinn sendiri.

Yayasan Penginjilan Benny Hinn berkantor pusat di Las Collinas, Dallas, Texas (AS). Kantor itu mengelola kekayaan yang diperkirakan antara $100 juta dan $ 200 juta setahun, sumbangan mereka yang mendukung penginjilannya.

Kehidupan pribadi Hinn seperti orang kaya yang merasa tidak aman, dengan pendapatan yang dirahasiakan. Demi keamanannya, dia dikelilingi pengawal-pengawal pribadinya. Dia menikmati hidupnya dalam suatu hasienda, suatu rumah besar berhalaman atau tanah luas bergaya Spanyol, bernilai 12 juta dolar AS; hasienda itu berhadapan dengan samudera di Kalifornia bagian selatan. Dia bepergian dengan pesawat jet pribadi untuk “libur snorkeling” di Kepulauan Cayman, tinggal di kamar suite presiden (tergolong paling mahal) seharga 10.800 dolar AS per malam di suatu hotel di Italia, tinggal di kamar hotel lain dari tipe yang mahal juga, kamar suite, seharga 15.000 dolar AS per malam di Yunani. Tapi dia merahasiakan pendapatan yayasan dan pendapatannya dari tagihan pajak pendapatan pemerintah AS.

Penghasilan organisasi penginjilannya tidak bisa dipastikan tapi Benny Hinn memberi petunjuk kemewahan hidupnya ditopang oleh penghasilan yang besar berdasarkan ajaran-ajarannya yang bermasalah. Hinn menjalankan organisasi penginjilan terbesar sedunia. Organisasi ini tentu membutuhkan dana yang besar sekali, sumbangan-sumbangan yang berasal juga dari mereka yang menghadiri ibadah dan KKR dia. Secara etis, organisasi ini selayaknya membeberkan pemasukan yang berasal dari ribuan, ratusan ribu, dan bahkan jutaan orang di Amerika Serikat dan di luar negeri yang mengikuti ibadah atau KKRnya. Benny Hinn tinggal membeberkan pemasukan ini melalui suatu organisasi Kristen khusus di AS bernama Dewan Penginjilan bagi Pertanggungjawaban Keuangan. Tapi organisasi Hinn tidak menjadi anggota dewan itu. Sebagai akibatnya, keuangannya bersifat pribadi, gajinya rahasia, dan penghasilannya hanya menjadi bahan tebakan siapa pun. Komisi dari buku-bukunya yang diterbitkan diperkirakan sebesar 500.000 dolar AS per tahun. Sementara itu, Hinn, “penginjil flamboyan pertama yang bersetelan putih”, dinilai sebagai penginjil paling terkenal – beberapa orang menambahkan – “dan paling kaya” di dunia. Hidupnya bergaya seorang bilioner, diraih dengan menawarkan janji-janji palsu dan menjual harapan-harapan palsu kepada mereka yang menghadiri ibadah-ibadahnya.

Meskipun kekayaan sesungguhnya dari Benny Hinn dan organisasi penginjilannya sulit dipastikan, petunjuk-petunjuk tentang kekayaan ini bisa diamati dari reaksi terhadap sumbangan keuangan selama KKR dan kata-kata Hinn sendiri. Sesudah suatu KKR yang diadakan di Nairobi, ibu kota Kenya, April 2000 yang dihadiri sekitar 1.2 juta orang, Charles Babbler yang menjadi penyelenggara KKR itu berkata tentang sumbangan yang masuk: “Kami menghitung uang selama dua hari. Saya belum pernah melihat uang begitu banyak dalam hidupku.” Pada suatu kesempatan lain, Benny Hinn, barangkali tanpa sadar atau tanpa rasa malu, mengaku terus terang tentang hidupnya yang mewah: “Saya tidak memerlukan emas di sorga. Saya sudah memilikinya sekarang."

Hidup atas Penderitaan Orang Lain

Kalau semua kemewahan hidupnya dan kekayaan yayasan penginjilannya berdasarkan sumbangan pendukungnya, termasuk “janji iman” orang tua anak tadi sebesar 100 dolar AS sebulan, dan hasil sumbangan mereka berdasarkan usaha yang tulus dan berat, alangkah berkorbannya mereka bagi penginjil yang mereka hormati itu! Bayangkan sumbangan dolar yang diberikan Evander Holyfield secara “percuma” dan sumbangan yang besar dari keluarga kurang mampu kepada yayasan Hinn. Bayangkan juga sumbangan yang dipungut dari ribuan, puluhan ribu, ratusan ribu, dan bahkan jutaan orang yang menghadiri ibadah-ibadah KKRnya. Besar sekali, bukan? Sumbangan sebesar itu ikut menciptakan kemewahan hidupnya, diraihnya atas nama Injil, atas nama Allah, Yesus, dan Roh Kudus.

Beberapa orang kritikus Benny Hinn menilai dia hidup atas penderitaan orang lain dan tidak menyadari mereka menderita demi kekayaan dan kesenangannya. Mana bukti kasihnya kepada sesama manusia, mana empatinya?

Terhadap cara memperoleh kekayaan dan gaya hidup mewah penginjil-penginjil seperti Benny Hinn, komentar Harold S. Kushner, seorang rabi Yahudi AS yang terkenal secara internasional melalui bukunya (beredar juga dalam versi terjemahan di Indonesia), When Bad Things Happen to Good People, tajam dan tepat:
Saya berharap ada suatu tempat khusus di Neraka bagi orang yang mencoba dan memperkaya dirinya di atas penderitaan orang lain. Menggiurkan orang buta, orang timpang, orang yang sekarat, orang yang menderita, orang sakit yang dipastikan akan mati, membangkitkan bayang-bayang harapan di hadapan orang tua seorang anak yang sangat menderita adalah suatu tindakan yang sungguh kejam, dan melakukannya dalam nama Allah, melakukannya dalam nama agama, saya kira, tidak bisa diampuni.

0 komentar: