BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Jumat, 04 Februari 2011

XXXIV. Para Penyembuh Ilahi yang Gagal Menyembuhkan Dirinya dan Keluarganya (3)

John Osteen

John Osteen, pendeta gereja mega (sangat luas)  Firman Iman di Houston, Amerika Serikat, dan ayah pendeta Joel Osteen yang terkenal itu, menderita kanker hati. Tapi selama suatu jangka waktu, dia hidup berkat kemurahan Allah dan perawatan medis.

Osteen meninggal dunia karena beberapa kondisi medis. Sementara menjalani perawatan medis, dia dan anggota gerejanya berharap akan kesembuhan ilahi.

Dia menderita penyakit ginjal 1998 yang mengharuskan dia menjalani cuci darah. Dia juga menjalani suatu kateterisasi jantung Agustus 1998; tindakan medis ini menentukan bahwa semuanya baik-baik dengan jantungnya. Lalu, para dokter melakukan suatu pembedahan untuk memasang sebuah pacu jantung. Ini semua perawatan medis bagi John Osteen.

Meskipun menjalani perawatan medis, dia mengharapkan juga kesembuhan rohani melalui mujizat kesembuhan. Osteen tahu “dia punya suatu kebutuhan akan suatu mujizat.” Untuk kesembuhannya melalui suatu mujizat, dia mengkleim Allah memberi kepadanya Mazmur 27:14: “Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!”  Permintaan lalu disampaikan kepada teman-teman John Osteen supaya, bersama-sama dengan dia, menantikan Tuhan; mereka sepakat dengan dia bahwa suatu mujizat kreatif dibutuhkan untuk menyembuhkan ginjal dan jantungnya. Mereka percaya Tuhan akan mengubah penyakit Osteen dan akan membangkitkan dia dari kematian! Keyakinan ini diperkuat oleh suatu penglihatan “Tuhan” padanya: dia akan berkhotbah sampai dia berusia 90 tahun. Dia “mengaku” kesembuhannya dan 20.000 anggota gerejanya berdiri dalam suatu “kesepakatan” dengan dia untuk memperoleh kesembuhannya. Mereka percaya dia akan memperoleh mujizat kesembuhannya, persis seperti Dodi, isterinya.

Hasil akhir dari perawatan medis dan harapan spiritual akan kesembuhan John Osteen? Jawaban Tuhan ternyata berbeda dengan semua harapan medis,  dia, dan gerejanya: dia meninggal dunia pada usia 70-an tahun. Jelas, ada suatu perbedaan antara harapan medis, harapannya, dan harapan gerejanya akan kesembuhan dan usia panjang dan kenyataan kematiannya lebih awal dari yang dia harapkan.

Rod Parsley

Parsley, sering berkhotbah atau berbicara di TBN, dan seorang guru injil kemakmuran berdasarkan Firman Iman, masuk rumah sakit untuk bedah punggungnya. Tidak berlaku lagi kleimnya bahwa orang bisa sembuh dengan “menyebut kesembuhannya dan mendakunya”.

rod parsley1 Rod Parsley

Parsley menyebarkan suatu ajaran menyesatkan tentang kesembuhan ilahi. Menurut ajarannya, Yesus harus menderita bagi semua penyakit kita. Kerajaan Allah, dia bergembar-gembor, datang dalam tubuh kita. “Yesus tidak sakit,” katanya. “Saya tidak perlu sakit.”

Tapi bukti di “lapangan” lain. Dia menderita sakit punggung dan harus menjalani pembedahan punggungnya di rumah sakit. Dia jelas tidak bisa menyebut kesembuhannya dan mendakunya.

Ajarannya adalah suatu kesalahan lama yang disebut “penyembuhan dalam penebusan”. Penyembuhan, dalam arti yang paling dalam, memang ada dalam penebusan, seperti yang dijelaskan dalam Roma 8 dan Kitab Wahyu Yohanes 21.

Kitab pertama menjelaskan hakekat dari hidup oleh Roh: Roh memberi hidup dan telah memerdekakan kita dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut (ayat 2). Kitab kedua memerikan langit yang baru dan bumi yang baru. Apa yang manusia alami di bawah langit yang pertama dan bumi yang pertama sudah berlalu dalam kondisi kehidupan yang baru: “Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu sudah berlalu.”

Kedua bacaan tadi, khususnya Kitab Wahyu 21, mengacu pada tubuh baru manusia, tubuh yang dimuliakan dan kekal. Akan tetapi, manfaat penuh dari tubuh yang dimuliakan dan kekal hanya akan diwujudkan di sorga. Semua berkat jasmani dan rohani kita bersumber pada penebusan Yesus, tapi kita belum menerima semua berkat itu sekarang. Jadi, doktrin tentang penyembuhan dalam penebusan tidak berlaku sekarang tapi di masa depan.

Parsley punya suatu bukti di rumahnya sendiri tentang ajarannya bahwa penyembuhan dalam penebusan berlaku sekarang, suatu ajaran yang keliru karena bertentangan dengan Alkitab. Austin, puteranya, menurut suatu diagnosis, menderita “sindrom Asperger, suatu bentuk autisme berfungsi tinggi”. Allah sudah menyediakan suatu bukti tentang kesalahan ajaran Parsley sendiri, tapi – untuk alasan apa pun – dia menolak melihat bukti itu di rumahnya. Menyedihkan bahwa Parsley bisa mengadakan penggolongan begitu rupa sehingga dia menerapkan ajaran-ajarannya pada para pengikutnya, tapi dia sendiri punya suatu bukti yang berbeda di rumahnya.

rod parsley2 Rod Parsley sedang berkhotbah

Rod Parsley kemudian mendaku Austin sudah sembuh sama sekali dari sindrom Asperger. Kalau memang sudah sembuh, mengapa puteranya tidak pernah ditampilkan dalam siaran program televisi ayahnya, biar pemirsa dan hadirin di siaran televisi itu menyaksikan suatu bukti nyata dari ajarannya tentang penyembuhan dalam penebusan? Kita, karena itu, masih memerlukan konfirmasi bahwa Austin sudah benar-benar mengalami “kesembuhan” tanpa pengobatan tradisional.

Ada masalah lain yang berkaitan dengan ajaran Parsley tentang penyembuhan dalam penebusan. Mengapa dia membutuhkan para ahli kedokteran untuk mendiagnosis puteranya? Bukankah Allah seharusnya menyembuhkan Austin segera ketika ayahnya memerintahkan kesembuhan itu kepadanya?

Uskup Earl Paulk

Earl Paulk menderita suatu penyakit, hampir mati, dan rupanya tidak ingin mati di luar harapannya. Untuk mencari kesembuhan, dia bertemu dengan Rod Parsley.

Paulk menyebarkan ajaran-ajaran yang menyimpang tentang kesembuhan. “Kita sudah menerima kesungguhan penantian melalui baptisan Roh Kudus, tapi kita harus bergerak ke arah kepemilikan, yaitu, mengalahkan musuh terakhir, maut. Terkadang, penafsiran sudah dibuat bahwa Yesus Kristus menaklukkan maut, tapi seandainya demikian, mengapa surat Paulus ke jemaat Korintus, ditulis sekurang-kurangnya sembilan puluh tahun kemudian, mengatakan bahwa musuh terakhir yang akan dihancurkan adalah maut (1 Korintus 13:26)? Yesus Kristus menaklukkan maut Seorang Diri. Tapi terbuka bagi gereja untuk menaklukkan maut berdasarkan suatu usaha sebagai suatu organisasi.” (Kata-kata yang dicetak miring adalah penekanan pada ajaran yang bermasalah dari Uskup Earl Paulk.)

Orang Kristen  sudah menerima kesungguhan penantian? Melalui baptisan Roh Kudus? Penantian apa? Memang itu kata Alkitab?

Dalm konteks alinea di atas, penantian yang dimaksud adalah penantian melalui baptisan Roh Kudus. Apa yang dinantikan? Waktu ketika maut, musuh terakhir, dikalahkan.

Jadi, waktu ketika maut dikalahkan adalah kesungguhan penantian yang sudah kita terima.  Melalui sarana apa kita sudah menerima kesungguhan penantian itu? Melalui baptisan Roh Kudus.

Sesudah menerima kesungguhan penantian itu, apa yang harus dilakukan orang Kristen? Beranjak ke arah kepemilikan: mengalahkan maut, musuh terakhir kita.

Kapan dan oleh siapa maut itu dihancurkan dan orang Kristen boleh mengkleim kepemilikannya akan hidup yang kekal? Paulk menemukan melalui ajarannya dua pokok yang baginya saling bertentangan karena penafsiran. Di satu pihak, ada penafsiran bahwa Yesus sudah mengalahkan maut dan menyediakan kepemilikan akan hidup yang kekal bagi kita. Di pihak lain, kepemilikan itu, menurut Paulus, akan terjadi di masa depan.

Bagaimanakah  kontradiksi ini bisa dijelaskan? Untuk menjawab pertanyaan ini, Paulk mengajukan pemecahan teologisnya. Di satu pihak, maut sudah dikalahkan Yesus sendiri. Di pihak lain, maut akan ditaklukkan melalui Gereja sebagai suatu usaha bersama.

Ajaran Uskup Earl Paulk bermasalah. Alkitab menegaskan bahwa Yesus sudah menaklukkan maut untuk Gereja-Nya, untuk setiap orang yang bertobat, percaya kepada-Nya, dan melakukan kehendak-Nya (Yohanes 5:24; 1 Korintus 15:53-57; 1 Yohanes 5:12; dan Wahyu 1:18). Kematian kedua, berlaku bagi mereka yang tidak mengalami kebangkitan pertama,  adalah perpisahan terakhir dari Allah (Wahyu 20:6,14). Jelaslah, harapan atau kerinduan akan hidup yang kekal, sesuatu yang akan terjadi di masa depan, sudah dijamin Yesus Kristus bagi semua orang Kristen, kecuali mereka yang tidak mengalami kebangkitan pertama. Jaminan itu sudah terjadi di masa lampau tapi harapan atau kerinduan akan hidup yang kekal bagi Gereja dan orang percaya akan terjadi di masa depan. Harapan itu seharusnya memberi kekuatan iman bagi Paulk untuk menghadapi hidup, termasuk penyakit, dan bukan merasa takut menghadapi kematian.

Fredrick K. Price

Betty, isteri Price, seorang pendeta gereja mega Firman Iman di Los Angeles (AS) dan salah seorang guru Firman Iman terkemuka,  menderita kanker. Dia dirawat secara medis di rumah sakit, tempat dia menjalani kemoterapi.

Ironisnya, perawatan medis yang diperoleh Betty berlawanan dengan ajaran suaminya tentang kesembuhan melalui iman saja. Simaklah kata-katanya: “Kalau Anda membutuhkan sebuah tongkat ketiak atau sesuatu untuk menolong Anda bergerak maju, maka pujilah Allah, berjalanlah meski pincang sampai Anda mencapai iman yang menggerakkan Anda pada titik Anda tidak membutuhkan sebuah tongkat ketiak.” Pendek kata, imanmu menyembuhkan Anda.

Simaklah juga kata-katanya yang lain. “. . . bagaimana Anda bisa memuliakan Allah dalam tubuhmu ketika tubuh itu tidak berfungsi dengan benar? . . . . Bagaimana Dia menerima kemuliaan ketika tubuh tidak bekerja dengan baik? . . . . Apa yang membuat Anda berpikir Roh Kudus ingin tinggal di dalam suatu tubuh tempat Dia tidak bisa melihat ke luar melalui jendela-jendela dan Dia tidak bisa mendengar dengan telinga? Apa yang membuat Anda berpikir Roh Kudus ingin tinggal di dalam suatu tubuh jasmani tempat anggota-anggota badan dan organ-organ dan sel-sel tidak berfungsi dengan benar? . . . . Dan apa yang membuat Anda berpikir Dia ingin tinggal di dalam sebuah bait tempat Dia tidak bisa melihat dengan mata-Nya, dan Dia tidak bisa berjalan dengan kaki, dan Dia tidak bisa bergerak dengan tangan? . . . . Satu-satunya mata yang Dia miliki yang ada di lingkungan bumi adalah mata yang ada di dalam tubuh. Kalau Dia tidak melihat dengan mata itu, maka Allah dibatasi . . . .”

Singkat kata, Price  mengatakan tubuh manusia harus dalam kondisi benar secara rohani, sehat secara jasmani termasuk tanpa cacat (buta, tuli, timpang, buntung, dan berpenyakit).  Dengan cara demikian,  Allah dimuliakan dan Roh Kudus boleh tinggal di dalam tubuh itu dan berperan dari dalam tubuh itu. Dengan kata lain, kemuliaan Allah dibatasi dan Roh Kudus tidak akan tinggal di dalam tubuh orang percaya kalau tubuhnya menderita penyakit dan cacat.

Jadi, Roh Kudus tidak “tinggal” di dalam Betty sementara dia sakit. Ternyata, ajaran tentang berada di bawah “urapan” oleh Fredrick K. Price tidak cukup bagi isterinya. Kita tahu, dia membutuhkan seorang dokter.

Lalu, apakah Roh Kudus memang mundur dari orang sakit dan cacat tapi hadir di hati mereka kalau mereka sehat dan tanpa cacat jasmani? Alkitab tidak memberi kesaksian bahwa Roh Kudus dibatasi oleh syarat-syarat seperti itu. Roh Kudus adalah suatu kuasa, suatu pengaruh, yang diam di dalam kita (Yoh 14:17) dan menginsafkan kita akan dosa (Yoh 16:8); selain itu, Dia punya kualitas khusus kepribadian seperti kasih (Rom 15:30). Ini beberapa dari sekian hakekat Roh Kudus. Dengan diam di dalam kita, menginsafkan kita akan dosa, dan dengan kasih, Dia tetap menyertai kita. Menyatakan bahwa Dia tidak hadir di dalam diri kita ketika kita sakit, menderita cacat, atau menderita penyakit jelas bukan ajaran alkitabiah.

Kita tahu dari pengalaman sehari-hari bahwa ada anggota-anggota gereja yang cacat dan menderita penyakit tahunan. Ada juga yang karena mengalami kecelakaan menjadi cacat, padahal mereka sebelumnya utuh. Bahkan Rasul Paulus, rasul yang besar itu, sendiri pun tidak bebas dari penyakit yang disebutnya “duri dalam daging”. Tiga kali dia berdoa kepada Allah untuk mengangkat penyakit itu dari tubuhnya tapi Allah menolak; justru dalam kelemahan jasmani dialah, dia menjadi kuat di dalam dan melalui Allah. Roh Kudus tidak memilih kesempurnaan tubuh dan roh sebagai syarat-syarat untuk mengubah hidup orang dan menyertai mereka; Dia hadir di dalam dan melalui orang-orang yang tidak sempurna itu berdasarkan kehendak-Nya yang berdaulat.

Oral Roberts (1918-2009)

Oral Roberts seorang tokoh  Firman Iman. Dia seorang penginjil Pentakosta asal Amerika Serikat, seorang tokoh karistmatik Kristen, dan seorang penginjil televisi. Tapi dia juga seorang pemimpin religius paling kontroversial di abad ke-20.

oral roberts2 Oral Roberts ketika masih muda

Dia pencetus doktrin tentang iman untuk menanam biji. Anda punya suatu kebutuhan? Tanamlah sebuah biji. Jumlah uang tunai yang besar menyediakan bibit terbaik untuk ditanam. Di samping itu, tokoh ini  mempraktekkan doktrin-doktrin kultus tentang menuntun para pengikutnya mengalami keadaan kesadaran yang berubah (altered state of consciousness).

Keadaan kesadaran yang berubah mencakup tidur dan mimpi, meditasi, biofeedback (teknik pengendalian fisiologis), hipnosis, dan keadaan kesadaran yang dihasilkan oleh obat bius. Halusinasi tergolong pada keadaan kesadaran yang berubah. Halusinasi adalah persepsi yang palsu, bisa terjadi dalam keadaan setengah sadar setengah tidur, dan bisa juga dihasilkan hipnosis. Selain itu, keadaan kesurupan tergolong pada keadaan kesadaran yang berubah. Keadaan kesurupan memampukan seorang lebih terbuka pada pengalaman rohani atau manipulasi sengaja dari kesadaran melalui sugesti verbal (kata-kata).

Kecuali tidur dan mimpi serta meditasi dengan fokus pada Yesus Kristus, unsur-unsur lain dari keadaan kesadaran yang berubah harus diuji berdasarkan Alkitab. Halusinasi dan keadaan kesurupan tidak alkitabiah. Kalau  ada unsur-unsur lain dari keadaan kesadaran yang berubah yang berlawanan dengan Alkitab, maka unsur-unsur itu harus ditolak.

Terlepas dari itu, Oral Roberts adalah suatu contoh sempurna dari pertentangan antara ajaran tentang kesembuhan dan kenyataan. Dia mengatakan punya penyakit jantung tapi menyangkal penyakit ini karena dia mendaku akan sembuh melalui iman tapi kemudian meninggal dunia. Dalam siaran TBN “Praise the Lord” (6 Oktober 1992), Paul Crouch, pendiri dan pemilik TBN, diminta menumpang tangannya atas Oral Roberts untuk melayani rasa sakit di dadanya. Roberts lalu berseru, “Saya merasakan kuasa penyembuhan Yesus!” Kemudian, dia mengatakan kuasa itu terasa seperti suatu “arus listrik yang melewati dia”. Itu karena Paul percaya dia diurapi. Oral Roberts akhirnya dinyatakan sembuh di TBN.

Benarkah? Dilaporkan bahwa kurang dari empat kemudian, sementara mengunjungi sebuah rumah di Newport Beach (AS), Roberts merasakan kesakitan lebih banyak dan dirawat di Rumah Sakit Memorial Presbiterian Haag di Newport Beach segera sesudah tengah malam. Serangan jantung Roberts “hampir fatal”. Tapi dia berangsur-angsur sembuh dan sekarang memakai sebuah pacu jantung. Akhirnya, dia meninggal dunia pada 15 Desember 2009 dalam usia 91 tahun.

oral roberts Oral Roberts ketika tua

Perawatan medis yang diperoleh Oral Roberts di rumah sakit diabaikan para pengikut ajarannya. Entah mengapa, mereka buta terhadap pertentangan antara ajarannya dan kenyataan bahwa dia dirawat di rumah sakit.

 R.W. Schambach

Meskipun Schambach seorang penyembuh rohani, dia menjalani operasi bypass (pengalihan aliran darah) jantung sebanyak empat kali. Operasi itu dilakukan seorang dokter medis di rumah sakit. Fakta bahwa dia menjalani operasi di rumah sakit bertentangan dengan ajarannya tentang kesembuhan hanya melalui iman. “Anda tidak punya masalah apa pun,” katanya, “apa yang Anda butuhkan hanyalah Allah.”

Ternyata, penyakit jantung Schambach mengakibatkan dia membutuhkan pertolongan seorang dokter ahli. Bukankah dokter itu dipakai Allah demi kelangsungan hidupnya? Tanpa dokter, Schambach sudah lama meninggal dunia, menghadapi penghakiman atas ajarannya yang menyesatkan.

Ruth Carter Stapleton

Stapleton, saudara perempuan mantan Presiden Amerika Serikat, Jimmy Carter, adalah seorang penganut Kesembuhan oleh Iman. Stapleton menolak perawatan medis untuk kanker yang dia derita karena dia percaya akan kesembuhan oleh iman. Dia meninggal dunia karena penyakit itu tahun 1983.

Mac Timberlake

Pendeta Firman Iman ini menderita kanker tenggorokan dan mendapat perawatan medis. Jelas bahwa kesembuhan hanya melalui iman tidak cukup untuk memberinya kesembuhan yang dia inginkan.

John Wimber (1934-1997)

Wimber barangkali adalah penyembuh rohani Gelombang Ketiga kontemporer modern terkemuka. Dia seorang tokoh Gerakan Tanda-Tanda dan Mujizat dan penulis buku Power of Healing. Dia mendaku, “Hakekat Allah adalah menyembuhkan, bahkan mengajar kita melalui penyakit. Umumnya, penyakit tidak menguntungkan.” Tapi dia sendiri pun berjuang melawan angina (nyeri dalam tekak) kronis dan gangguan jantung.

john wimber1 John Wimber

Dalam Power of Healing, dia memberi suatu catatan pribadi sebagai suatu pembuka. Dia mengatakan:

Saya mengalami apa yang kemudian dokter-dokter curiga adalah serangkaian serangan jantung koroner. Ketika kami kembali ke rumah, serangkaian tes medis mengukuhkan rasa takutku yang paling buruk, saya mengalami sebuah jantung yang rusak, barangkali rusak parah. Tes-tes menunjukkan bahwa jantungku tidak berfungsi sebagaimana mestinya, suatu kondisi yang rumit dan mungkin disebabkan oleh tekanan darah tinggi. Masalah-masalah ini yang ditambah kelebihan berat badanku dan kerja terlalu keras berarti saya bisa mati kapan saja.

Wimber akhirnya meninggal dunia tahun 1997 karena suatu perdarahan. Perdarahan itu berasal dari kanker, suatu penyakit yang dia derita untuk waktu yang lama. Berlawanan dengan ajarannya untuk mencari kesembuhan melalui iman, dia dirawat secara medis. Tidak ada penyembuhan medis oleh “kuasa” bagi dirinya. Yang diberikan adalah kemoterapi sebelum dia meninggal dunia.

David Watson

Kematian mengalahkan David Watson, seorang pemimpin karismatik Inggris yang dipengaruhi John Wimber, ketika dia meninggal dunia. Ini bertentangan dengan doa berulang-ulang John Wimber agar Watson sembuh.

Dalam teologia Wimber, kematian dilihat tidak sebagai suatu kekalahan tapi sebagai suatu kemenangan. Dalam kematian, orang Kristen pergi bertemu Tuhan, atau kematian dalam iman. Di dalam kematian dalam iman, orang Kristen menantikan dalam damai sejahtera hari mereka akan berada bersama Kristus dan orang-orang terkasih yang mendahului mereka.

Tidak Satu pun Menyembuhkan Siapa pun

Semua tokoh Pentakosta, Firman Iman, Gelombang Ketiga Roh Kudus, dan Kesembuhan oleh Iman tadi adalah pemimpin-pemimpin di bidang kesembuhan ilahi. Meskipun diduga keras memperoleh “hasil-hail”, banyak di antaranya sudah menderita dan meninggal dunia karena masalah-masalah medis.

Bagaimana hal ini bisa terjadi? Tidak satu pun dari mereka pernah menyembuhkan siapa pun!

Mengapa tidak pernah? Pemimpin-pemimpin kesembuhan ilahi itu sebenarnya adalah gadungan, pengecoh, yang tidak mempraktekkan apa yang mereka khotbahkan. Ketika mereka sakit atau menderita penyakit, mereka tidak mampu menyembuhkan dirinya sendiri atau mencari kesembuhan melalui KKR kesembuhan ilahi. Alih-alih berbuat demikian, mereka melawan ajarannya sendiri tentang penyembuhan dalam penebusan atau kesembuhan ilahi hanya oleh iman: mereka pergi ke dokter-dokter dan ahli-ahli bedah yang mereka bayar mahal.

0 komentar: