BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Jumat, 07 Oktober 2011

XXXIX. Waspadalah terhadap Nabi-Nabi Palsu yang Menyebarkan Injil Palsu

Tidak semua pendeta atau penginjil menyampaikan Injil palsu. Blog ini memusatkan sorotannya pada nabi palsu dan Injil palsu yang mereka sebarkan.

Dalam 38 bab  dan dua pengantar  blog ini, saya sudah berusaha menunjukkan kepada Anda bermacam-macam bahaya dari para nabi palsu yang menyebarkan Injil palsu. Dengan bersikap skeptis dan kritis, saya berusaha mengajak Anda bersikap skeptis dan kritis juga terhadap nabi-nabi palsu itu dan Injil menyesatkan yang mereka sampaikan, melalui televisi, terbitan buku, dan media penyebaran informasi menyesatkan lainnya. Dengan bersikap skeptis dan kritis, Anda menjadi waspada.

Seluruh tulisan tadi mengantar saya pada empat pertanyaan mendasar. Pertama, apa ciri-ciri atau tanda-tanda pengenal umum nabi palsu itu? Memgapa mereka menyebarkan Injil palsu? Mengapa pemirsa, hadirin, atau pembaca terkecoh atau “terhipnotis” oleh mereka dan Injil palsu yang mereka sebarkan? Apa yang harus kita lakukan untuk mencegah para nabi itu  menyebarkan Injil palsu? Jawaban atas keempat pertanyaan ini merupakan ringkasan dari info relevan dari blog ini.

Apa Ciri-Ciri Umum Nabi Palsu Itu?

Pertama, mereka  melakukan berbagai penipuan, kebohongan,   dan isapan jempol yang tidak mereka sadari tapi yang merugikan tidak hanya reputasinya tapi juga iman para pemirsa, pendengar, atau hadirin.

Kedua, mereka melakukan penyesatan firman Allah, pemurtadan,  klaim kesembuhan ilahi yang tidak terbukti, nubuat yang meleset, penambahan dan pengurangan firman Allah, pemutarbalikan Injil, dan  penafsiran di luar Alkitab.

Ketiga, mereka mempraktekkan nekromansi (komunikasi dengan arwah untuk meramalkan atau memengaruhi masa depan) yang dipercaya adalah urapan Roh Kudus dan membuat ramalan-ramalan atau nubuat-nubuat yang meleset.

Keempat, mereka mengakibatkan orang-orang yang sakit atau cacat yang percaya ada kesembuhan ilahi padanya ternyata meninggal dunia atau kecewa karena tidak mengalami kesembuhan yang mereka rindukan. Ketika kleim-kleim kesembuhan itu gagal, mereka menunjukkan kekejaman pada pasien yang gagal sembuh itu dengan tidak sekalipun menunjukkan rasa bersalah atau empati.

Kelima, mereka menunjukkan ketamakan di balik selubung ajaran menyesatkan tentang Injil Kemakmuran. Dengan janji sorgawi, paksaan, atau ancaman atas nama Tuhan dan penginjilannya supaya para pemirsa atau hadirin memberi sumbangan dana dan menyaksikan sebagai imbalannya berkat-berkat berlimpah-limpah Tuhan baginya, ganjaran ilahi yang tidak terbukti, mereka berhasil mengeruk dana untuk memperkaya dirinya sendiri. Orang-orang miskin atau cacat yang memberi dengan tulus sumbangan dananya dengan percaya ganjaran ilahi akan menjadi warisannya juga dengan rasa kecewa tidak menerima ganjaran itu.

Keenam, mereka mempraktekkan semacam mistisisme Kristen, kepercayaan akan wahyu rohani secara intuitif, atau kepercayaan akan gagasan yang samar-samar dan membingungkan yang mereka percaya berasal dari Tuhan. Mistisisme ini mereka peroleh melalui subyektivisme dari nubuat, mimpi, dan penglihatan mereka, subyektivisme yang sesungguhnya tidak alkitabiah dan bodoh.

Ketujuh, mereka mengabaikan fakta-fakta ilmiah atau obyektif dan menyebarkan Injil menyesatkan yang berlawanan dengan kebenaran yang tak terbantahkan dari hasil penelitian ilmiah atau obyektif.

Kedelapan, mereka mengkleim mampu menyembuhkan orang lain secara ilahi tapi tidak mampu menyembuhkan diri atau anggota keluarganya.

Kesembilan, mereka mengkleim punya urapan Roh Kudus, adalah Allah kecil, Mesias kecil, dan diajar langsung oleh Roh Kudus sebagai Guru Besarnya, tapi nubuatnya meleset, diungguli ramalan-ramalan non-Kristen yang penggenapannya akurat.

Kesepuluh, meskipun mengkleim punya urapan Roh Kudus, mereka terlibat dalam berbagai dosa seksual.

Kesebelas, mereka percaya mampu menyalurkan kuasa pendamaian Allah kepada bangsa-bangsa melalui doa-doa pemulihan bangsa-bangsa, tapi sesungguhnya doa-doa itu gagal mencapai tujuannya.

Keduabelas, mereka tampil di depan umum dengan kesan seakan-akan mereka manusia super sebagai teladan yang dikagumi karena punya karisma ilahi yang memukau, mempesona,  tapi sesungguhnya mereka manusia biasa dengan kekurangan dan kelemahannya.

Ketigabelas, mereka ada kalanya mengabaikan hukum kasih kepada sesama manusia dengan  mengabaikan tata krama, sopan-santun sehari-hari begitu rupa sehingga menimbulkan percekcokan dengan lingkungan tetangganya atau dengan orang lain.

Keempatbelas, mereka adalah serigala berbulu domba yang harus diwaspadai dan dilawan.

th_wolfinsheepsclothing2 Nabi palsu, serigala berbulu domba

Kelimabelas, mereka yakin berada di jalan Allah yang benar dan oleh kepercayaan akan keunggulan rohani ini menolak kritik apa pun dari luar yang bermaksud baik sebagai serangan terhadapnya, orang-orang kudus yang diurapi secara khusus oleh Roh Kudus bagi pelayanan gereja.

Keenambelas, mereka anti doktrin Kristen yang ketat dan kaku dan lebih memilih penafsiran yang lentur terhadap Alkitab. Penafsiran macam ini bisa mengarah pada penyampaian Injil yang menyimpang dari Alkitab.

Mengapa Mereka Menyebarkan Injil Palsu?

Pertama, mereka menggenapi peringatan Alkitab Perjanjian Baru bahwa nabi-nabi palsu akan muncul untuk menyesatkan orang-orang percaya, dulu, sekarang, dan nanti. Injil yang mereka sebarkan adalah Injil palsu.

Kedua, mereka membuat pilihan-pilihan rohani yang melawan firman Allah dan sebagai akibat pemurtadan atau kesesatannya, mereka, sekalipun percaya melakukan kehendak Allah, menjadi nabi-nabi palsu. Mereka lalu menyebarkan Injil palsu.

Ketiga, mereka tidak punya pendidikan teologia Kristen yang tepat dan memadai. Sebagai akibat kekurangan itu, mereka, sekalipun percaya mendapat urapan Roh Kudus untuk menyebarkan firman Allah,  menyampaikan Injil palsu.

Keempat, mereka bisa saja menderita gangguan jiwa, seperti cenderung ke arah fantasi atau menderita skizofrenia, dan sebagai akibatnya menyampaikan Injil yang menyimpang.

Kelima, mereka menunjukkan pemberontakan rohani dengan menyebarkan Injil yang ditambah atau dikurangi dengan menyamakan dirinya sebagai Allah kecil atau Mesias kecil.

Keenam, mereka mengabaikan kebenaran obyektif, seperti yang dihasilkan sains, dan menyebarkan Injil palsu yang bertabrakan dengan kebenaran obyektif itu.

Ketujuh, mereka membodohi pemirsa atau hadirin yang sangat percaya padanya dengan penalaran yang menawan tapi  menyesatkan dari Injil palsu, seperti penalaran yang diwarnai subyektivisme atau mistisisme Kristen.

Kedelapan, mereka menyampaikan Injil palsu tentang kesembuhan ilahi yang ternyata palsu karena mengandalkan hipnotisme atau sugesti massal dan akal-akalan cerdik lainnya.

Mengapa Pemirsa, Hadirin, atau Pembaca Terkecoh atau “Terhipnotis” oleh Nabi Palsu dan Injil Palsu yang Mereka Sebarkan?

Pertama, peringatan dalam Perjanjian Baru tentang akan datangnya nabi-nabi palsu yang menyebarkan Injil palsu digenapi. Mereka akan punya banyak pengikutnya.

Kedua, pemirsa, hadirin, atau pembaca punya masalah-masalah pribadi yang serius yang tidak mendapat pemecahan, entah secara pribadi entah pada atau bersama orang lain. Ketika menemukan daya pukau penginjil yang tidak mereka tahu adalah nabi palsu tapi yang secara tepat memberi pemecahan pada masalahnya, mereka percaya bahwa Injil yang disampaikan nabi palsu itulah yang benar.

Ketiga, mereka dipengaruhi secara kuat oleh ajaran bahwa pembaptisan yang sejati bukan pada masa bayi melainkan pada masa mereka bisa membuat pilihan atas hidupnya sendiri, termasuk pilihan atas gereja dan pendeta manakah yang mereka sukai. Dengan menolak baptisan pertama masa kecilnya sebagai tidak sah dan menerima baptisan kedua sebagai sah, mereka, oleh pemahaman yang kurang memadai tentang doktrin tentang baptisan, mengambil keputusan untuk pindah gereja. Dengan membuat pilihan demikian, mereka  mengikuti Injil palsu yang disebarkan nabi palsu.

Keempat, mereka terpesona oleh penampilan nabi palsu yang mendemonstrasikan karismanya melalui penyembuhan ilahi, khotbah anti-doktrin-Kristen yang penuh kuasa, dan kuasanya untuk membuat hadirin terjatuh dan pingsan di tempat duduknya atau di lantai, dan kesaksian tanpa verifikasi dua tiga orang saksi tentang perjalanannya bulak-balik rumah dan sorga untuk berjumpa dengan Yesus, Musa, Petrus, dan tokoh-tokoh alkitabiah tenar lainnya di zaman Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

Kelima, mereka lebih menyukai nyanyian bersuasana dan gaya pop dan kebebasan untuk mengungkapkan sukacitanya dalam ibadah secara spontan. Ini bisa mengarah pada pemilihan yang tidak disadari sebelumnya akan pendeta yang menyebarkan Injil palsu.

Apa yang Harus Kita Lakukan untuk Mencegah Para Nabi Palsu    Menyebarkan Injil Palsu?

Pertama, memperkuat iman kita dengan membaca dan merenungkan Alkitab secara teratur dan benar, dan juga dengan berdoa memohon tuntunan dan perlindungan Tuhan terhadap godaan nabi palsu melalui Injil palsu.

Kedua, mempelajari atau mengikuti suatu aktivitas bersama untuk mempelajari secara teliti, kritis, dan mendalam ajaran-ajaran Kristen yang menyesatkan. Pemahaman kita tidak didasarkan pada kearifan alkitabiah saja tapi juga pada kearifan ilmiah demi memperoleh pemahaman yang mendalam dan utuh. (Pokok ini akan menjadi tulisan lain.)  Dengan cara demikian, kita bisa mencegah diri menjadi “mangsa” nabi palsu, sang serigala berbulu domba.

Ketiga, bersikap skeptis terhadap penyebaran Injil yang tidak ada di dalam Alkitab dan dengan memakai kebenaran ilmiah, sains, atau obyektif untuk melawan Injil palsu.

Keempat, berbagi pengetahuan kritis kita tentang bahaya-bahaya nabi palsu dan Injil palsu yang mereka sebarkan kepada orang Kristen lain supaya mereka waspada dan mampu melawan penyesatan itu.

Kelima, mencegah nabi palsu menyebarkan Injil palsu melalui kerjasama dengan mereka yang sepaham dengan kita.

Keenam, menantang  pendeta atau penginjil  yang mengkleim bisa menyembuhkan orang secara ajaib untuk membuktikan kuasanya pada orang-orang non-Kristen, seperti orang miskin yang sakit atau cacat di pinggir jalan.  Penginjil yang mengelak untuk menunjukkan kuasa penyembuhannya adalah nabi palsu.

Ketujuh, bersikap skeptis terhadap pendeta atau penginjil yang mengkleim sudah berjumpa Yesus dan tokoh-tokoh alkitabiah lainnya secara teratur dalam tur bulak-balik sorga dan rumahnya. Bersikap skeptis juga pada pendeta atau penginjil yang sering mengatakan, “Tuhan berbicara kepadaku” entah langsung, melalui mimpi entah melalui penglihatan. Kesaksian pribadi demikian tidak didukung dua atau tiga orang saksi dan, karena itu, tidak bisa dipercaya. Juga pendeta atau penginjil itu mengungkapkan mistisisme Kristen, subyektivisme yang boleh jadi menjadi petunjuk tentang gangguan jiwa mereka.  Jauhi atau lawanlah mereka karena mereka nabi palsu.

Waspadalah!

Dengan iman sebagai perlengkapan senjata rohani, dengan doa, dan tuntunan Tuhan berdasarkan firman-Nya yang benar, bersiaplah untuk melawan ajaran-ajaran alkitabiah yang menyesatkan. Nabi-nabi palsu sudah tersebar ke mana-mana untuk menyebarkan firman Allah yang palsu itu. Waspadalah!

0 komentar: