BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Rabu, 07 Juli 2010

X. Mempertanyakan Bahasa Lidah dalam KKR Benny Hinn

Dalam acara mempersiapkan suasana hati hadirin sebelum Benny Hinn dan petugas-petugasnya mendaku terjadi kesembuhan ilahi di antara mereka yang sudah dipilih untuk memainkan peranannya, ada seorang wanita yang mulai berbahasa lidah. Apakah dia memang berbahasa lidah?

Bahasa Lidah

Bahasa lidah adalah salah satu dari beberapa karunia Paulus bagi Gereja (1Kor.12:10). Tapi Paulus hampir tidak pernah menganjurkan karunia ini (1Kor.14:23) dan berbahasa lidah sama sekali tidak disebutkan dalam daftar karunia yang lain (Rm.12:6-8). Demonstrasi karunia berbahasa lidah terjadi pada hari raya Pentakosta (Kis.2:4) ketika mereka yang berada di ruang atas berkata-kata dalam bahasa asing yang bisa dimengerti pendengarnya.

Pada hari Pentakosta, semua orang percaya yang berkumpul di satu rumah di Yerusalem tiba-tiba dipenuhi Roh Kudus dalam rupa lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran. Mereka lalu mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa dan dialek-dialek lain (bukan bahasa induknya), seperti yang diberikan Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya. Roh Kudus memampukan kedua belas murid Yesus berbicara dalam sekurang-kurangnya lima belas bahasa asing yang, dalam kondisi normal, tidak mereka pahami tapi yang dipakai ribuan orang Yahudi dari berbagai kawasan dalam jajahan kekaisaran Roma kuno yang hadir dalam Pentakosta.

Hadirin terheran-heran tapi ada yang menyindir: “Mereka sedang mabuk oleh anggur manis.” Petrus, salah seorang rasul yang dipenuhi oleh Roh Kudus, lalu bangkit berdiri dan membantah sindiran mereka dan mengatakan mereka dipenuhi Roh Kudus sehingga sekarang bisa berbicara dalam berbagai bahasa asing.

Potongan cerita Perjanjian Baru tadi menunjukkan gejala bahasa lidah. Anda bisa membaca cerita lengkapnya dalam Kisah Rasul 2.

Empat ciri bahasa lidah

Gejala bahasa lidah dalam PB tadi menunjukkan sekurang-kurangnya empat ciri. Pertama, siapa pun yang dipenuhi Roh Kudus tidak pernah diajarkan untuk berbahasa lidah. Mereka tidak sekalipun bertanya apa yang harus dilakukan supaya mereka bisa berbicara dalam sekurang-kurangnya lima belas bahasa asing yang berbeda-beda. Mereka juga tidak sekalipun diberitahu untuk bertindak atau mengucapkan apa pun. Sesungguhnya, mereka berbicara dalam bahasa lidah secara spontan, tanpa persiapan (Kis.10:46 dan 19:6). Kedua, sebelum berbicara dalam bahasa lidah, mereka tidak tahu bahwa bahasa lidah bahkan ada. Ketiga, bahasa lidah dipakai untuk membangun Jemaat (1Kor.14:12-13). Karena tidak semua anggota Jemaat memahami bahasa lidah, seorang penafsir dibutuhkan. Keempat, berbicara dalam bahasa lidah mengacu pada suatu bahasa asing, bukan pada bahasa bualan, pada bunyi-bunyian omong kosong, seperti “yaba-daba-du.”
Ciri keempat memerlukan penjelasan lebih jauh. Berkata-kata dalam bahasa asing jelas dari peristiwa Pentakosta. Kata “asing” di sini berarti “tidak khas, tidak dikenal, dan karena itu tampak (atau kedengaran) aneh.” Berdasarkan definisi ini, bahasa lidah atau bahasa roh yang tidak khas, tidak dikenal, dan karena itu kedengaran aneh (pada pendengar yang bahasa induknya berbeda dengan bahsa lidah/roh) tergolong pada “bahasa asing.” Dengan pemahaman ini, bahasa lidah sebagai bahasa asing dalam Alkitab umumnya punya tiga ciri. Apa ciri-cirinya? Pertama, ucapan-ucapan bahasa lidah jelas dan bermakna; kedua, bahasa lidah diilhamkan oleh Roh Kudus; dan, ketiga, bahasa digunakan terutama dalam ibadah (Kis.2:11; 10:46; 1 Kor.14:2, 14-17, 18).

Sifat lain yang tidak selalu jelas

Selain ketiga ciri umumnya, bahasa roh punya berbagai sifat lain yang tidak selalu jelas. Pertama, sifatnya yang tidak jelas mengakibatkan ia diperkirakan suatu karunia khusus, bukan bahasa asing yang harus dipahami melalui linguistik. Kedua, bahasa roh bukan bunyi-bunyi omong kosong melainkan bahasa unik yang membutuhkan seorang penafsir agar mereka yang mendengarkan pengujarnya (yang tidak memahaminya) bisa memahami bahasa roh itu.

Karena gejala bahasa roh tampaknya belum dipahami sepenuhnya, ada pandangan teologia yang memberi suatu anjuran: sebaiknya bahasa roh dipandang sebagai bahasa istimewa. Apa ciri-ciri bahasa istimewa ini? Pertama, ia tidak punya sifat-sifat bahasa biasa. Kedua, ia diilhamkan Roh Kudus untuk ibadah. Ketiga, ia menjadi tanda bagi orang-orang yang belum percaya (1 Kor.14:22). Keempat, kalau sudah ditafsirkan, bahasa roh bertujuan untuk membangun orang percaya.

Bahasa lidah muncul hanya di awal sejarah Gereja

Apa pun sifat atau ciri bahasa lidah atau bahasa roh dalam Perjanjian Baru, ada satu fakta yang tak terbantahkan. Gejala spiritual ini muncul hanya pada masa awal berdiri dan berkembangnya Gereja. Gereja Kristen pertama muncul di Yerusalem sesudah kenaikan Yesus ke sorga dan pada perayaan Pentakosta: sekitar 3.000 yang dibaptis membentuk anggota-anggota Gereja Kristen pertama. Gereja masa awal ini kemudian berkembang di kekaisaran Roma kuno melalui peranan para pemberita Injil abad pertama Masehi, seperti Paulus dan Barnabas.

Bahasa Lidah Abad ke-20 dan Awal Abad ke-21 Berbeda

Apakah bentuk-bentuk bahasa lidah atau bahasa roh yang muncul dalam abad ke-20 dan awal abad ke-21 benar-benar sama dengan bentuk-bentuknya dalam Perjanjian Baru? Persamaan bentuk-bentuknya tidak bisa dipastikan. Dengan kata lain, gejala-gejala bahasa lidah atau bahasa roh masa kini yang didaku sebagai manifestasi Roh Kudus belum tentu benar dan, karena itu, layak dipertanyakan.

Dalam abad ke-20 dan ke-21, berbicara dalam bahasa lidah masih dipraktekkan oleh sekte-sekte atau gerakan-gerakan Kristen tertentu. Apakah bahasa lidah ini, seperti yang diucapkan pendeta atau penginjil dan anggota-anggota Jemaat, sama dengan yang muncul pada Pentakosta di Yerusalem sekitar 2000 tahun yang lalu? Ahli-ahli linguistik (mereka yang memelajari bahasa secara sistematik) mengatakan, “Tidak sama.”

Kalau bahasa lidah adalah bahasa asing (seperti yang dipahami dalam berbagai bahasa pada Pentakosta di Yerusalem itu), maka ini sangat berarti. Para ahli linguistik bisa memakai metode ilmiah, metode obyektif, untuk meneliti ciri-ciri khasnya. Kalau bahasa lidah adalah bahasa asing, ia punya aturan-aturannya, seperti cara membentuk suku kata, kosakata, dan susunan bahasa atau tatabahasa. Kalau ia bukan bahasa asing, maka ia adalah gabungan bunyi-bunyian yang tidak berarti ciptaan spontan manusia.

Bahasa lidah modern adalah penipuan

Dengan dasar pemikiran ini, mereka memakai alat-alat perekam (seperti tape recorder atau kamera video) untuk merekam gejala bahasa lidah yang dipakai oleh sekte-sekte Kristen tadi. Rekaman itu lalu mereka pelajari dari semua sisi bahasa. Hasil penemuan mereka mengejutkan: bahasa lidah itu ternyata bukan bahasa asing melainkan bahasa bualan, bunyi-bunyian yang tidak berarti, bunyi-bunyian omong kosong. Jadi, bahasa lidah modern (abad ke-20 dan awal abad ke-21) adalah penipuan.

Petunjuk tentang bahasa lidah modern sebagai penipuan

Ada sejumlah petunjuk lain yang menyingkapkan bahwa bahasa lidah modern adalah penipuan. Baik pemimpin dan pengikut sekte-sekte tadi diajari untuk berbicara dalam bahasa lidah. Pengikut untuk pertama kali diajari pakar bahasa lidah dalam suatu bahasa asing, “Sekarang, berdoalah dengan bersuara tapi janganlah berbahasa Indonesia.” Ini demi mencegah anggota jemaat curiga atau ragu bahwa kata Indonesia yang mereka dengar bukanlah bagian dari bahasa lidah yang mereka percaya adalah bahasa sorgawi. Lalu, bagaimana bahasa lidah omong kosong itu dimulai? Pakar bahasa lidah bualan itu mengatakan, “Mulailah berbicara dengan memakai suku kata – biarkanlah itu mengalir.” Banyak pengikut sekte-sekte itu belajar cara berbahasa lidah omong kosong itu dengan meniru anggota-anggota lain yang sudah pengalaman atau di ruang-ruang konferensi gereja atau persekutuan mereka.

Cara Membuktikan Bahwa Bahasa Lidah Omong Kosong

Bagaimanakah Anda membuktikan dalam ibadah-ibadah bahwa bahasa lidah yang Anda dengar itu omong kosong? Rekamlah bahasa lidah modern yang Anda dengar. Pastikanlah bahwa rekamanmu jelas sekali suaranya. Kalau Anda bukan ahli linguistik, bawalah hasil rekamanmu pada seorang ahli linguistik untuk menolong Anda membuktikan apakah bahasa lidah itu memang suatu bahasa asing atau penipuan yang lain. Supaya obyektif, janganlah serahkan rekamanmu pada ahli yang memang percaya akan bahasa lidah modern sebagai bahasa sorgawi. Besar kemungkinan dia tidak akan jujur dengan penelitiannya; dia akan cenderung membela bahasa lidah sebagai bahasa asing asli. Supaya ini tidak terjadi, serahkanlah hasil rekamanmu pada pakar linguistik yang netral.

Beberapa Info Audiovisual tentang Bahasa Lidah

Anda yang ingin memahami secara audiovisual gejala bahasa lidah bisa mengaksesnya melalui http://www.youtube.com di Internet. Klik situs ini, ketiklah glosolalia pada kotak Search, klik Search, dan Anda dihadapkan pada bermacam-macam pilihan. Bagi Anda yang ingin tahu lebih baik perilaku glosolalia, klik video “… and began to speak with other tongues, …” dan “Speaking in Tongues Study proves Holy Spirit Praying”. Video kedua relevan dengan bab 13 – akan dimuat – dalam blog ini. Video yang berisi uraian kritis tentang bahasa lidah mencakup “TRUTH about Speaking in Tongues – JOHN MACARTHUR 8 of 22”, “Should Christians Be Speaking in Tongues? 1 of 12”, “Aping the Practices of Pagan Spirituality”, dan “Speaking in Tongues – Reverse Speech with David John Oates”. Judul yang terakhir berisi uraian yang menarik tentang ciri bahasa lidah yang berasal dari alam taksadar manusia. Video ini memakai beberapa cuplikan pidato John Howard, mantan Perdana Menteri Australia, dan seorang pendeta sebagai contoh-contoh untuk menjelaskan bahasa lidah sebagai bahasa terbalik.

0 komentar: